Wednesday, June 6, 2012

Menentukan Daerah Rawan Longsor di Kec. Sinjai Barat dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)


Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah langganan longsor terkhusus di kecamatan Sinjai Barat. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Sinjai.
Gambar 1. Peta Administratif Kec. Sinjai barat Kab. Sinjai
 Dalam memitigasi bencana tersebut perlu dilakukan pemetaan dan penentuan daerah rawan longsor. Dalam menentukan daerah rawan longsor tersebut dapat digunakan beberapa kriteria seperti faktor geologi, faktor curah hujan, faktor kondisi topografi dan faktor tutupan lahan. Dimana pada setiap faktor-faktor yang mempengaruhi tanah longsor di atas mengandung beberapa parameter. Ini akan mengakibatkan dalam penarikan keputusan  daerah mana yang rawan longsor sulit dilakukan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP membantu untuk melakukan analisis secara sistematik dengan mengelompokkannya ke dalam struktur hirarkhi (Hetherina, 2009). Metode AHP ini dapat dikerjakan dengan menggunakan program Expert Choise 11.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan penerapan AHP dengan menggunakan program Expert Choise 11 yang dikombinasikan dengan program ArcGIS 9.3 dalam menentukan daerah rawan longsor di daaerah Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan.
Dalam menentukan daerah rawan longsor, ada beberapa kriteria yang digunakan. Kriteria tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor. Dalam tulisan ini ada empat kriteria yang digunakan yaitu faktor geologi dalam bentuk peta geologi daerah Sinjai Barat, faktor tutupan lahan berupa peta tutupan lahan Sinjai Barat dan sekitarnya, faktor curah hujan dalam bentuk peta curah hujan daerah Sinjai Barat dan faktor topografi yang disajikan dalam bentuk peta topografi yang diambil dari citra SRTM. Seluruh peta yang digunakan dalam tulisan ini dikerjakan dengan menggunakan program ArcGIS 9.3.
Dalam menentukan bobot dari kriteria daerah rawan longsor digunakan program Expert Choise 11 yang menggunakan teknik perbandingan pairwise. Hasil pembobotan dengan menggunakan Expert Choise dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 
                
Gambar 2. Pembobotan Kriteria yang digunakan dalam memetakan daerah rawan longsor dengan menggunakan program Expert Choise 11

Dari hasil di atas memperlihatkan bahwa faktor geologi memiliki bobot 0,513; curah hujan 0,275; topografi 0,138 dan tutupan lahan 0,074. 
  1. Faktor Geologi
Dalam faktor geologi ini memiliki empat kriteria turunan yakni formasi batuan yang menyusun daerah tersebut. Berdasarkan peta geologi daerah Sinjai Barat (lampiran 2) terlihat bahwa daerah tersebut memili empat formasi batuan yang dominan yakni batuan gunung api Formasi Camba (Tmcv), batuan gunung api Baturape-Cindako (Tpbv), batuan gunung api Lompobatang (Qlv) dan granodiorit. 
Gambar 3. Peta geologi Kec. Sinjai barat

Dari hasil pembobotan dengan menggunakan program Expert Choise 11 diperoleh formasi Lompobatang memperoleh bobot tertinggi (0,513), Formasi Camba (0,275), Formasi Baturape-Cindako (0,138) dan batuan granodiorit (0,074).

Gambar 4. Pembobotan Kriteria Turunan Faktor geologi dengan menggunakan program Expert Choise 11

2. Faktor Curah Hujan
Dalam faktor curah hujan ini digunakan kriteria turunan yaitu curah hujan tinggi, menengah (sedang) dan rendah. Peta yang digunakan bersumber dari peta distribusi curah hujan daerah Sulawesi Selatan tahun 2012 yang dikeluarkan oleh BMKG. 
Gambar 5. Peta Distribusi Curah Hujan Kec. Sinjai Barat

Dari hasil pembobotan diperoleh curah hujan tinggi memiliki bobot 0,571; curah hujan sedang (0,286); dan curah hujan rendah (0,143).

                   
Gambar 6. Pembobotan Kriteria Turunan Faktor Curah Hujan dengan menggunakan program Exsper Choise 11

3. Faktor Topografi
Data topografi yang digunakan merupakan data hasil ekspor citra SRTM. Data topografi ini kemudian dilakukan analisis spasial untuk mendapatkan peta reclacify topografi dengan menggunakan program ArcGIS 9.3. Hasil dari reclacify ini menghasilkan kriteria turunan berupa daerah perbukitan, perbukitan tinggi dan pegunungan.
Gambar 7. Peta Klasifikasi Topografi Kec. Sinjai Barat


Dari hasil pembobotan dengan menggunakan program Expert Choise 11 diperoleh daerah dengan topografi pegunungan memperoleh bobot tertinggi (0,55), Perbukitan tinggi (0,24), dan perbukitan (0,21).
                              
Gambar 8. Pembobotan Kriteria Turunan Faktor Topografi dengan menggunakan program Expert Choise 11

4. Faktor Tutupan Lahan

Data tutupan lahan yang digunakan bersumber dari peta tutupan lahan Kabupaten Sinjai dan Sekitarnya tahun 2005. Dari peta tersebut diketahui bahwa tutupan lahan daerah Sinjai Barat adalah semak belukar, hutan tanaman, pertanian lahan kering, pemukiman, hutan primer, dan sawah. Tutupan lahan tersebut di atas kemudian dijadikan kriteria turunan faktor tutupan lahan


Gambar 9. Peta Tutupan Lahan Kec. Sinjai Barat



Gambar 10. Pembobotan Kriteria Turunan Faktor Tutupan Lahan dengan menggunakan program Expert Choise 11

Dari pembobotan di atas diperoleh bahwa kriteria turunan tutupan lahan daerah Sinjai Barat  semak belukar memperoleh bobot tertinggi (0,382), hutan tanaman (0.25), pertanian lahan kering (0.16), pemukiman (0.101, hutan primer (0.064), dan sawah (0.043).
Daerah yang dipilih sebagai alternatif adalah daerah yang memiliki potensi longsor yaitu Kasuarang, Balakian, Kel. Tassililu (Manipi), Rumpala dan Arabika. Kelima daerah ini diberi bobot yang sama yakni masing-masing 0.2.
Gambar 11. Peta Alternatif Daerah rawan longsor 

Struktur Hirarki
Gambar 12. Struktur Hirarki penentuan daerah rawan longsor di Kec. Sinjai Barat.

Hasil rekapitulasi bobot pada struktur hirarki di atas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari tabel di atas disajikan dalam bentuk grafik.


Dari grafik tersebut terlihat bahwa skor tertinggi diperoleh alternatif Balakiang (4,627), diikuti oleh alternatif Arabika (4,309), Rumpala dan kasuarang yang masing-masing 3,927 dan terakhir Tassililu (3.58). Ini menunjukkan bahwa daerah Balakiang merupakan daerah yang paling rawan terjadinya longsor. Kerawanan ini didukung oleh kondisi tutupan lahan yang berupa semak belukar, hutan tanaman, hutan primer dan hutan lahan kering ditambah kondisi topografi yang berupa berbukitan tinggi dan pegunungan.
Hasil penentuan daerah rawan longsor tersebut kemudian diplot ke dalam peta alternatif daerah longsor di Kec. Sinjai barat dengan menggunakan program ArcGIS 9.3. Output yang dihasilkan berupa peta kerawanan longsor di Kec. Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai