Wednesday, July 11, 2012

Sunday, July 8, 2012

ABRASI DI PANTAI PABIRINGA KAB. JENEPONTO


Wilayah pesisir adalah suatu wilayah dimana interaksi antara daratan dan laut  (Djauhari Noor, 2011). Sejak awal peradaban manusia wilayah telah dijadikan sebagai tempat untuk beraktifitas seperti perdagangan, pelayaran, perikanan, pariwisata dan berbagai aktifitas lainnya. Pabiringa sendiri merupakan salah kelurahan di Kab. Jeneponto yang terletak di pesisir selatan kabupaten tersebut. Kawasan pesisir ini memiliki arti penting bagi masyarakat Pabiringa yang bermukin di sekitar kawasan tersebut. Selain memiliki keanekaragaman yang tinggi juga merupakan aktivitas ekonomi yang tinggi seperti wilayah rekreasi, budidaya perikanan dan rumput laut. Namun beberapa tahun terakhir abrasi mengancam daerah tersebut.
Abrasi yang terjadi di Pantai Pabiringa ini semakin mengkhawatirkan. Abrasi adalah pengikisan daratan yang disebabkan oleh aktivitas air laut. Proses yang terjadi secara alami ini dapat menjadi masalah bagi masyarakat sekitar. Jika tidak disediakan pencegahan terhadap abrasi air laut ini maka akan terjadi degradasi sistem alamiah yang berujung pada terjadinya perubahan garis pantai. Kerugian  yang telah ditimbulkan oleh abrasi ini selama beberapa tahun terakhir menurut pantauan penulis yaitu merusak beberapa tambak (empang) masyarakat yang digunakan untuk budidaya ikan dan udang. Akibat dari abrasi ini pula telah merusak beberapa tanggul yang digunakan untuk mencegah terjadinya abrasi ini. Abrasi ini pula dapat mengancam keberadaan salah satu hotel di kawasan tersebut (Hotel Bintang Karaeng).
Langkah yang dapat ditempuh salah satunya adalah melakukan  pengelolaan pesisir secara terpadu yakni proses dinamis dan terus menerus, yang menyatukan pemerintah dan masyarakat, kepentingan sektor dan publik. Jenis masalah pengelolaan dapat berupa pengendalian erosi pantai, perancangan perubahan pantai dan peraturan yang digunakan untuk pengendalian struktur untuk erosi yang sangat kuat yang ada di Pantai. Untuk menyukseskan usaha-usaha di atas maka diperlukan kajian dan penelitian terkait masalah ini.  kajian dan penelitian ini penting untuk memperoleh data-data yang relevan.  Data dan informasi yang dibutuhkan seperti data sifat-sifat pantai (ukuran butir, pemilahan, lereng, profil) pada transportasi pasir disepanjang pantai, pada tambang gelombang akibat iklim terhadap garis pantai, maupun frekuensi dan intensitas badai. Jika ini berjalan baik maka langkah pencegahan dapat dilakukan dan membangun sistem pengendalian abrasi yang terpadu yang tentu saja tanpa korupsi di dalamnya.

Berikut gambar kondisi terakhir pantai Pabiringa Kab. Jeneponto yang diambil pada awal Juli 2012







Thursday, July 5, 2012

MASALAH SAMPAH KOTA MAKASSAR


Akhir-akhir ini sampah di Kota makassar menjadi masalah yang semakin serius. Bayangkan saja sampah di Kota Daeng ini bertebaran di mana-mana. Bahkan di tempat umum maupun di sepanjang jalan raya sampah bertebaran di mana-mana. Walaupun telah disediakan tempat sampah di hampir seluruh sudut-sudut kota tetapi tetap saja masalah sampah ini belum teratasi. Dari sudut pandang penulis, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masalah sampah di kota ini.

Yang pertama, status kota Makassar sebagai kota metropolitan yang tidak hanya di Kawasan Indonesia Timur tetapi juga di Kawasan Indonesia keseluruhan mendorong terjadinya arus mobilitasasi penduduk ke Kota Makassar. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk Kota Makassar bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk ini berkorelasi langsung terhadap sampah yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah penduduk suatu daerah maka sampah yang dihasilkan juga semakin banyak. Selain itu, kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari sampah yang dihasilkan. Parahnya lagi, peningkatan penduduk ini tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengendalian sampah “buanglah sampah pada tempatnya”.
Foto 1. Pencemaran sampah yang Mengganggu Estetika Kota di Kawasan Pantai Losari

Yang kedua, Kinerja Dinas terkait yang menangani masalah sampah belum maksimal. Ketidakmaksimalan ini menurut penulis disebabkan oleh armada yang masih sangat-sangat terbatas, petugas sampah yang masih minim, dan ketidakseimbangan antara jumlah tempat sampah yang tersedia dan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Kendala ini bisa saja ditaktisi dengan melakukan kerja ekstra. Tetapi masalah yang muncul kemudian sampah yang harusnya dipindahkan dari tempat sampah ke TPA pada malam hari, dikerjakan pada siang hari itu akan berdampak pada masyarakat sendiri. Truk sampah yang beroperasi pada siang hari dapat mengganggu masyarakat sebagai pengguna jalan. Dari segi estetika ini juga tidak elok untuk dikerjakan karena bau tak sedap yang dihasilkan sampah itu dapat menjalar kemana-mana.
Dampak lain yang ditimbulkan dari masalah sampah ini tidak hanya dari segi lingkungan seperti mengganggu estetika kota, banjir, pendangkalan sungai tetapi juga aspek sosial masyarakat. Masyarakat kota yang cenderung bersikap egoistis, jangankan mau berbagi materi, tempat sampah pun enggan untuk berbagi. Untuk  itu, masalah-masalah seperti ini perlu mendapat perhatian oleh seluruh masyarakat karena masalah sampah bukan masalah orang per orang tetapi masalah kita semua.
Foto 2. Kondisi Salah Satu Tempat Sampah di Kota Makassar

Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan kerja sama yang baik dari berbagai instansi/lembaga yang kompeten.  Seperti yang telah dilakukan oleh TNI yang mengadakan bakti sosial tiap tahunnya untuk membersihkan kanal-kanal di Kota Makassar dari sampah-sampah. Dari Pemkot Makassar sendiri selain menambah tempat sampah perlu juga dilakukan sosialisasi “membuang sampah pada tempatnya”. Karena penambahan fasilitas tanpa dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan membuat usaha-usaha yang dilakukan menjadi percuma. Bagi masyarakat sendiri, marilah kita menjaga keindahan kota kita yang tercinta ini dengan membuang sampah pada tempatnya. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. “ORANG CERDAS MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA”.