Monday, March 2, 2015

TUTORIAL GRAVMAG

PEMBUATAN MODEL ANOMALI MAGNETIK MENGGUNAKAN GRAVMAG
(Aryadi Nurfalaq) 


Tampilan dari Gravmag

Gravmag adalah salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan dalam pembuatan model magnetic dan gravity yang dikembangkan oleh Craig H. Jones. Sesuai dengan namanya, perangkat lunak ini dapat digunakan dalam membuat model benda magnetik atau gravity jika salah satu data (magnetic atau gravity) diketahui. Dibandingkan dengan perangkat lunak sejenis seperti mag2dc, geomodel dan grav2dc, perangkat lunak ini tergolong sederhana dan mudah dalam penggunaannya serta memiliki tingkat akurasi yang tinggi sehingga seorang geofisikawan yang berfokus pada metode geomagnet dan gaya berat wajib mengetahui seluk beluknya baik dari segi fungsi maupun pengoperasiannya. Atas dasar itu, sebagai seorang yang bergelut dalam bidang tersebut maka saya berkewajiban untuk berbagi sedikit pengetahuan kepada teman-teman yang berminat dalam bidang ini.

Untuk keperluan latihan, maka akan menggunakan data hasil pengukuran dengan menggunakan magnetometer (data magnetic) dari penelitian yang dilakukan di Kawasan Pantai Tamarunang, Kab. Jeneponto, Sulawesi  Selatan (2009). Daerah ini merupakan salah satu daerah potensi pasir besi yang terdapat di daerah ini. Data profil magnetic yang digunakan merupakan data hasil interpolasi dari peta kontur medan regional daerah tersebut dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 11. 

Download Tutorial Gravmag disini...!!!
Chapter 1
Chapter 2

Tutorial Mag2DC

PERBUATAN MODEL ANOMALI MAGNETIK DENGAN MENGGUNAKAN MAG2DC
(Aryadi Nurfalaq)


 Tim Survey Geomagnet (Aryadi, Wahyuni, Indra, dan Arham)


Mag2dc merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk memodelkan benda penyebab anomaly magnetic. Perangkat lunak ini ditulis dengan menggunakan Borland Delphi dan menggunakan algoritma tipe Talwani untuk menghitung anomali. 

Data yang digunakan dalam pembuatan model ini adalah data geomagnet daerah Tongke - Tongke, Kabupaten Sinjai (2009). Pembuatan model ini melalui beberapa tahapan:
1. Perhitungan magnetik sisa (data observasi, koreksi variasi harian dan koreksi IGRF).
2. Pembuatan peta kontur distribusi anomali magnetik.
3. Pembuatan profil anomali mangetik.

Sebelum melakukan pemodelan pada mag2dc, terlebih dahulu dibuat data sebagai masukan. Data masukan tersebut berupa 2 kolom yang terdiri dari panjang lintasan profil dan data magnetik di sepanjang profil tersebut. Data masukan ini berekstensi (*.dta). Data masukan ini dapat diperoleh dengan menggunakan Program Surfer 11 berupa kontur magnetik. 

                                                   Proses Pengambilan Data Geomagnetik

Peralatan Survey geomagnet
(Magnetometer tipe Alphalab magnetometer, miliGaussmeter dan GPS tipe Etrex CX)

Download Tutorial lengkap di sini...!!!




Thursday, February 26, 2015

KOMPREHENSIF

POLA PENYEBARAN PANAS BUMI (GEOTHERMAL) DENGAN MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)-GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Aryadi Nurfalaq
Fisika Bumi FMIPA UNM

Indonesia merupakan daerah yang berpotensi akan sumber daya alam, termasuk sumber daya panas bumi (geothermal). Diperkirakan indonesia mempunyai cadangan potensi sekitar 20.000 MW sumber panas bumi dan sampai saat ini baru sekitar 10% dari cadangan yang ada atau 2.000 MW yang sudah dieksplorasi.

Daerah yang berpotensi sebagai sumber panas bumi ditandai dengan adanya sumber air panas dan uap air. Air panas dan uap air panas (geothermal fluids) yang dihasilkan oleh suatu sumber geothermal dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, baik secara langsung (direct use) maupun secara tidak langsung (nondirect use). Pemanfaatan langsung berupa pemandian air panas, sterilisasi bibit tanaman, pemanas ruangan, pasteurisasi serta pengeringan hasil pertanian/perkebunan. Sedangkan non-directuse berupa pemanfaatan untuk pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTG). Ketersediaan fluida geothermal sangat bergantung pada daerah resapan (recharge area) maupun daerah tangkapan air hujan (catchment area), sehingga memperbesar aliran air di bawah permukaan. Aliran air yang bersentuhan dengan sumber geothermal di bawah permukaan akan mengalami pemanasan dan keluar ke permukaan dalam bentuk uap atau air panas.

Metode geofisika yang secara luas banyak dilakukan dalam eksplorasi adalah metode seismik, magnetik, gaya berat, listrik dan elektromagnetik. Metode geolistrik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang dapat diterapkan untuk mempelajari karakteristik suatu sistem geothermal. Penentuan lithologi lapisan batuan, posisi reservoar, pola aliran serta sebaran fluida geothermal di bawah permukaan bumi, merupakan syarat mutlak yang harus diketahui jika akan memanfaatkan energi geothermal tersebut. Oleh karena itu studi ini dilakukan dengan menerapkan metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger, supaya cara dalam menentukan persebaran geothermal dapat diketahui.
Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua buah elektroda lainnya di permukaan bumi. Arus listrik yang di-injeksikan akan mengalir melalui lapisan batuan di bawah permukaan, dan menghasilkan data beda potensial yang harganya bergantung pada tahanan jenis (resistivity) dari batuan yang dilaluinya. Fenomana inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan menentukan jenis batuan termasuk fluida apa saja yang ada di bawah permukaan.

Pemanfaatan metode geolistrik tahanan jenis telah banyak digunakan untuk pengamatan lapisan geologi dangkal. Kemampuan metode geolistrik sangat ditunjang keadaan bawah permukaan yang tersusun oleh lapisan-lapisan dengan tahanan jenis berbeda. Adanya variasi tahanan jenis lapisan, dapat diamati dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dan mencatat tahanan jenis pada titik-titik pengamatan di permukaan bumi. Dengan mengubah-ubah jarak elektroda sesuai dengan konfigurasi tertentu, maka dapat diinterpretasi perubahan tahanan jenis secara vertikal dan horizontal. Kemampuan metode geolistrik tahanan jenis dalam mendeteksi perlapisan bawah permukaan telah dibuktikan. Salah satu keberhasilannya adalah mendeteksi kedalaman lapisan konduktif menggunakan metode geolistrik yang dipadukan dengan metode elektromagnetik dan memetakan zona intrusi air laut serta penyelidikan daerah panas bumi dengan menggunakan geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger di NAD. Beberapa hasil penelitian menggunakan metode geolistrik tersebut menjadi rujukan penting dalam melakukan studi tentang cara menentukan pola penyebaran geothermal.

Download Artikel lengkap disini...!!!

Dipresentasekan dalam Mata Kuliah Komprehensif di Ruang Seminar Jurusan Fisika FMIPA UNM.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

KEGIATAN PENAMBANGAN BIJIH NIKEL
DI TAMBANG TENGAH BUKIT TLC2 PT. ANEKA TAMBANG Tbk, UBPN OPERASI POMALAA SULAWESI TENGGARA

Aryadi Nurfalaq, Alfian Nawir dan Wahyuni Daramang
Fisika Bumi FMIPA UNM

Bumi Indonesia dikenal mengandung kekayaan sumber daya mineral yang besar dan tersebar di sebagian besar kepulauan nusantara.  Mineral ini merupakan bahan baku dalam industri khususnya di bidang pertambangan. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Dengan berkembangnya laju perekonomian dan semakin gencarnya pengolahan tambang, maka pemerintah memberikan kebijakan bagi para investor untuk menanamkan sahamnya di Indonesia di bidang  pertambangan.

Nikel pada garis besarnya adalah merupakan logam yang berwarna kelabu perak dan memiliki sifat fisik ideal. Memiliki kekerasan menyerupai besi, sedangkan daya tahannya terhadap karat dan korosi lebih dekat dengan tembaga. Searah dengan lajunya teknologi maka perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa paduan (alloy) Nikel terutama yang mempunyai sifat anti karat dan daya tahan yang tinggi sangat diperlukan dalam kehidupan modern, lebih dari 90% Nikel digunakan sebagai bahan paduan.
Pemakaian Nikel dalam bentuk logam murni digunakan sebagai mata uang logam, industri kimia dan elektronik. Perkembangan teknologi dewasa ini dalam pembuatan besi baja maka pemakaian Nikel dalam bentuk FerroNikel dan besi terutama dibuat dalam bentuk stainless steel, baja, magnet dan lain-lain.

PT. Aneka Tambang Tbk. UBPN POMALAA merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang ada di tanah air yang oleh pemerintah diberi Kuasa Pertambangan (KP) untuk melakukan proses penambangan dan pengolahan bijih Nikel Laterit di Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Dengan melihat betapa pentingnya mineral bagi kehidupan manusia, sehingga makin maju dan modern kehidupan manusia, akan banyak lagi mineral-mineral yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang.

Sistem penambangan yang dilakukan oleh PT. Aneka Tambang ini dilakukan secara tambang terbuka (surface mining) dengan metode open cut mining. Sebelum melakukan kegiatan penambangan maka dilakukan kegiatan eksplorasi awal yang ditetapkan adalah pemetaan geologi permukaan utamanya berdasarkan atas singkapan batuan di permukaan. Pada tahapan eksplorasi lanjut sampai eksplorasi detail pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode pemboran dan sumur uji (test pit) untuk mendapatkan data geologi serta jumlah ketebalan perlapisan (cadangan) serta kualitas bahan galian dimana dua bagian ini sangat berkaitan dan saling berkesinambungan.

Download Laporan Lengkap disini...!!!







Wednesday, February 25, 2015

Geomorfologi Pantai

GEOMORFOLOGI PANTAI


Pantai merupakan wilayah transisi antara daratan dan pesisir. Wilayah pesisir merupakan daerah yang mencakup wilayah darat sejauh masih mendapat pengaruh laut dan sejauh mana wilayah laut masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air tawar dan sedimen). Garis yang dibentuk oleh pertemuan antara daratan dan permukaan tinggi air laut rata-rata dari ketinggian pasang surut laut disebut garis pantai (shoreline). Wilayah pantai ini terbentuk dari berbagai proses geologi seperti proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen bermula dari gerak-gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan gunungapi, akibat proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan. Sedangkan proses eksogen berasal dari luar bumi seperti pancaran sinar matahari, kegiatan atmosfir tanah, erosi baik oleh air, angin, maupun es, dan sedimentasi di berbagai tempat termasuk gaya-gaya dinamis yang berada disekitarnya.

Gaya-gaya dinamis utama dan dominan yang mempengaruhi kawasan pantai adalah gaya gelombang. pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga mampu menghancurkan energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Gelombang yang datang menuju pantai membawa massa air dan momentum, searah penjalaran gelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus di sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan melintasi daerah-daerah lepas pantai (offshore zone), daerah gelombang pecah (surf zone), dan daerah deburan ombak di pantai (swash zone).

Berdasarkan morfologinya, wilayah pantai dapat kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu
Ø  Pantai bertebing terjal yakni pantai berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang sempit
Ø  Pantai bergisik yang merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil pengendapan.
Ø  Pantai berawa payau mencirikan daerah pantai yang tumbuh. Proses sedimentasi merupakan penyebab  bertambahnya majunya pantai ke  arah laut.
Ø  Pantai berterumbu karang yang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya.

Sedangkan berdasarkan perubahan relatif tinggi permukaan air laut, wilayah pantai di bagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Ø  Pantai submergen (Shoreline of submergence), merupakan pantai yang ditandai oleh adanya ciri-ciri penurunan daratan/dasar laut.
Ø  Pantai emergen  (Shoreline of emergence), merupakan pantai yang ditandai oleh adanya ciri-ciri pengangkatan relatif dasar laut.
Ø  Pantai netral (Neutral Shoreline), pantai yang tidak memperlihatkan kedua ciri di atas (tidak ada tanda-tanda bekas pengangkatan dan penurunan daratan/dasar laut). Pantai jenis ini meluas ke arah laut.
Ø  Pantai majemuik (Compound Shoreline). Pantai ini terjadi sebagai akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami perubahan relatif muka air laut (naik dan turun).  Bentukan yang dihasilkan juga bermacam-macam pula, ada yang ditandai oleh adanya pengangkatan, ditandai telah terjadinya proses penurunan.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan permukaan bumi di daerah pantai adalah sebagai berikut:
Ø  Gelombang, arus, dan pasang yang berlaku sebagai faktor pengikis, pengangkut dan pengendap.
Ø  Sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh proses-proses marin. Jadi apakah berupa dataran rendah, curam, landai, dan bagimana sifat batuannya.
Ø  Perubahan relatif dari ketinggian muka air laut.
Ø  Faktor alami yang lain, seperti tumbuhnya binatang karang di daerah pantai, volkanisme, dan lain-lain.
Ø  Pengaruh manusia, misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai, pengeringan rawa pantai, pembuatan jeti di pantai, dan sebagainya.


Pantai submergen dalam perkembangannya mengalami beberapa tahap perkembangan, antara lain permulaan (initial), muda (youth), permulaan tingkat dewasa (submaturity), Dewasa (maturity) dan tua (old age), sedangkan perkembangan pantai emergence tergantung pada kaadaan daerah awalnya, terutama yang berkenaan dengan lereng di depan pantai itu landai atau curam. 






Neraca Air

NERACA AIR

Neraca air adalah cadangan air yang dihitung berdasarkan jumlah air yang terdapat di suatu wilayah tangkapan air (catchment area). Perhitungan cadangan air yang didasarkan atas siklus hidrologi bersifat kualitatif, sedangkan perhitungan neraca airnya lebih bersifat kuantitatif. Pada siklus hidrologi, input air berasal dari presipitasi (berupa curah hujan, salju, dan embun). Hasil presipitasi tersebar dipermukaan bumi sebagai air permukaan, evaporasi, infiltrasi pada zona tidak jenuh air, perubahan reservoir dan perkolasi pada zona jenuh air.

Rumus neraca air dalam suatu daerah tangkapan air dinyatakan dalam persamaan berikut :

P=R+E±∆S±∆G

Dimana :          P          = Presipitasi (mm/hari)
                        E          = Evaporasi
                        ΔS       = Perubahan kondisi air bawah tanah
                        R         = Air permukaan
                        ΔG      = Perubahan kondisi kelembaban tanah.

Untuk mengetahui hubungan antara aliran ke dalaam (inflow) dengan aliran ke luar (outflow) dalam satu daerah untuk periode tertentu dengan memperhitungkan laju menahan udara rata-rata di bagian lapisan variasi air tanah dapat digunakan persamaan neraca air di bawah ini

P=(D_2-D_1 )+E+(G_2-G_1 )+H(Pa)+M

Dimana :         
P          = Presipitasi
            D1        = Air permukaan yang masuk ke daerah yang ditinjau
            D2        = Air permukaan yang keluar ke daerah yang ditinjau
            G1        = Air tanah yang masuk ke daerah yang ditinjau
            G2        = Air tanah yang keluar ke daerah yang ditinjau
            H         = Perubahan/variasi muka air tanah rata-rata daerah yang ditinjau
            Pa        = laju menahan udara rata-rata di bagian lapisan variasi air tanah
            M         = penambahan kadar kelembaban tanah (moisture content)


Persamaan di atas berlaku dengan asumsi bahwa tidak ada aliran air yang melewati batas tangkapan air, namun demikian pada kenyataannya kondisi tersebut tidak pernah tercapai karena aliran air yang ada dalam tanah dibatas tangkapan air tidak pernah bernilai nol.

Referensi
Arsyad, Muhammad. 2002.Pengetahuan Tentang Bumi. Makassar : UNM Press
Noor, Djauhari. 2011. Geologi untuk Perencanaan. Bogor : Graha Ilmu

(Dipresentasekan dalam Mata Kuliah Hidrogeologi di ruang seminar Program Studi Teknik Geologi, PPsUniversitas Hasanuddin).





Monday, February 16, 2015

Tutorial Voxler (Aryadi Nurfalaq)

TUTORIAL SINGKAT VOXLER
(Aryadi Nurfalaq)


Selamat datang di Voxler, program visualisasi ilmiah secara tiga dimensi (3D) visualisasi yang berorientasi terutama terhadap Volumetric Rendering dan menampilkan data 3D. Selain penekanannya pada volume 3D, Voxler juga dapat memanfaatkan kegunaan grid dua dimensi (2D) termasuk file Digital Elevation Models (DEM), image (gambar), dan data titik yang tersebar (scatter point data). Voxler dapat menampilkan streamlines, vector plots, contour maps, isosurfaces, image slices, three-dimensional scatter plots, direct volume rendering dan masih banyak lagi. Modul komputasi termasuk three-dimensional gridding, resampling, numerous lattice operations, dan image processing. Voxler dirancang untuk menampilkan data XYZC, di mana C adalah variabel pada setiap X, Y, dan Z lokasi. Misal jika diterapkan dalam bidang geofisika dalam membuat data model geolistrik, X, Y dan Z adalah koordinat (bujur, lintang dan elevasi/kedalaman) dan C adalah resistivity (Rho). Dan jika diterapkan pada data geomagnet maka variabel C ini dapat berupa kemagnetan batuan atau juga Suseptibilitas.

Dengan Voxler Anda dapat membuat output grafis yang menakjubkan untuk model 3D Anda. Model dapat berupa irisan (slice), ditampilkan pada setiap sudut dan bahkan dalam bentuk animasi dengan digerakan dengan mouse secara sederhana. Pewarnaan standar ataupun kostum dapat diterapkan pada model Anda.

Orang-orang dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dapat menggunakan Voxler. Para geosains menghasilkan sejumlah besar data volumetrik dari core drill, studi seismik, Ground Penetrating Radar, pemetaan bawah permukaan, dan penginderaan jauh. Sumber lain data dari pencitraan medis yang dihasilkan oleh CT scan dan MRI. Data meteorologi, mikroskop resolusi tinggi, medan aliran, dan pemodelan air tanah juga merupakan sumber data volumetrik. Pengguna Voxler termasuk arkeolog, ahli iklim, pendidik, insinyur, dokter, Hydrogeologists, ahli geologi, ahli geofisika, peneliti medis, mahasiswa, dan banyak lagi. Siapa saja yang ingin memvisualisasikan hubungan data tiga-dimensi dengan output grafis yang menakjubkan akan mendapatkan keuntungan dari fitur hebat Voxler!

Download Tutorial disini


IDENTIFIKASI STRUKTUR BATUAN BAWAH PERMUKAAN
DAERAH BUA’E KABUPATEN SIDRAP MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Aryadi Nurfalaq
(PPs Program Studi Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin)



Abstrak

Keberadaan gunungapi purba erat kaitannya dengan  SDA baik berupa sumber daya mineral, batuan, maupun potensi air tanah. Gunungapi purba Pangkajene diidentifikasi berdasarkan keberadaan kubah lavanya, khususnya Bulu Seppang dan Bulu Batualong yang terletak di daerah Bua’e, Sidrap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi batuan bawah permukaan Bulu Seppang dan Bulu Batualong berdasarkan sifat resistivitasnya. Metode yang digunakan adalah studi literatur dan pengukuran geolistrik tahanan jenis konfigurasi Wenner. Pengukuran geolistrik tahanan jenis dilakukan di dua lintasan pengukuran. Dari hasil pengukuran geolistrik diperoleh nilai tahanan jenis masing-masing lintasan 0,094 – 118,21 Ohm.m dan 1,505 – 34,07 Ohm.m. Hasil interpretasi batuan bawah permukaan berdasarkan penampang tahanan jenis diperoleh lapisan I yang terletak paling bawah diperkirakan berupa batupasir dan batulempung anggota Formasi Walanae nilai tahanan jenis <5 font="" ohm.m="" style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">, satuan ignimbrit pada lapisan II  dengan nilai tahanan jenis 5 – 40 Ohm.m dan satuan basal untuk lapisan III dengan tahanan jenis 40> Ohm.m.