GEOMORFOLOGI PANTAI
Pantai merupakan
wilayah transisi antara daratan dan pesisir. Wilayah pesisir merupakan daerah
yang mencakup wilayah darat sejauh masih mendapat pengaruh laut dan sejauh mana
wilayah laut masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air tawar dan sedimen).
Garis yang dibentuk oleh pertemuan antara daratan dan permukaan tinggi air laut
rata-rata dari ketinggian pasang surut laut disebut garis pantai (shoreline). Wilayah pantai ini terbentuk
dari berbagai proses geologi seperti proses endogen dan proses eksogen. Proses
endogen bermula dari gerak-gerak dari dalam bumi seperti gempa bumi, letusan
gunungapi, akibat proses tersebut membentuk benua, lautan, deretan pegunungan. Sedangkan
proses eksogen berasal dari luar bumi seperti pancaran sinar matahari, kegiatan
atmosfir tanah, erosi baik oleh air, angin, maupun es, dan sedimentasi di
berbagai tempat termasuk gaya-gaya dinamis yang berada disekitarnya.
Gaya-gaya dinamis utama dan dominan yang
mempengaruhi kawasan pantai adalah gaya gelombang. pantai selalu menyesuaikan
bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga mampu menghancurkan energi gelombang
yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan tanggapan dinamis alami
pantai terhadap laut. Gelombang yang datang menuju pantai membawa massa air dan
momentum, searah penjalaran gelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus
di sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan melintasi
daerah-daerah lepas pantai (offshore zone),
daerah gelombang pecah (surf zone), dan daerah deburan ombak di pantai
(swash zone).
Berdasarkan
morfologinya, wilayah pantai dapat kelompokkan ke dalam 4 macam, yaitu
Ø Pantai bertebing terjal yakni
pantai berbatasan langsung dengan kaki bukit/gunung atau dengan dataran yang
sempit
Ø Pantai bergisik yang
merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil pengendapan.
Ø Pantai berawa payau
mencirikan daerah pantai yang tumbuh. Proses sedimentasi merupakan
penyebab bertambahnya majunya pantai
ke arah laut.
Ø Pantai berterumbu karang
yang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya.
Sedangkan
berdasarkan perubahan relatif tinggi permukaan air laut, wilayah pantai di bagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
Ø Pantai
submergen (Shoreline of submergence),
merupakan pantai yang ditandai oleh adanya ciri-ciri penurunan daratan/dasar
laut.
Ø Pantai
emergen (Shoreline of emergence), merupakan pantai yang ditandai oleh adanya
ciri-ciri pengangkatan relatif dasar laut.
Ø Pantai
netral (Neutral Shoreline), pantai
yang tidak memperlihatkan kedua ciri di atas (tidak ada tanda-tanda bekas
pengangkatan dan penurunan daratan/dasar laut). Pantai jenis ini meluas ke arah
laut.
Ø Pantai
majemuik (Compound Shoreline). Pantai
ini terjadi sebagai akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami
perubahan relatif muka air laut (naik dan turun). Bentukan yang dihasilkan juga bermacam-macam
pula, ada yang ditandai oleh adanya pengangkatan, ditandai telah terjadinya
proses penurunan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan permukaan bumi di daerah pantai adalah sebagai berikut:
Ø Gelombang,
arus, dan pasang yang berlaku sebagai faktor pengikis, pengangkut dan pengendap.
Ø Sifat
bagian daratan yang mendapat pengaruh proses-proses marin. Jadi apakah berupa
dataran rendah, curam, landai, dan bagimana sifat batuannya.
Ø Perubahan
relatif dari ketinggian muka air laut.
Ø Faktor
alami yang lain, seperti tumbuhnya binatang karang di daerah pantai,
volkanisme, dan lain-lain.
Ø Pengaruh
manusia, misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai, pengeringan rawa
pantai, pembuatan jeti di pantai, dan sebagainya.
Pantai submergen dalam perkembangannya
mengalami beberapa tahap perkembangan, antara lain permulaan (initial), muda (youth), permulaan tingkat dewasa (submaturity), Dewasa (maturity)
dan tua (old age), sedangkan perkembangan
pantai emergence tergantung pada kaadaan daerah awalnya, terutama yang
berkenaan dengan lereng di depan pantai itu landai atau curam.