POLA PENYEBARAN PANAS BUMI (GEOTHERMAL) DENGAN MENGGUNAKAN GLOBAL
POSITIONING SYSTEM (GPS)-GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Aryadi
Nurfalaq
Fisika
Bumi FMIPA UNM
Indonesia merupakan
daerah yang berpotensi akan sumber daya alam, termasuk sumber daya panas bumi (geothermal). Diperkirakan indonesia
mempunyai cadangan potensi sekitar 20.000 MW sumber panas bumi dan sampai saat
ini baru sekitar 10% dari cadangan yang ada atau 2.000 MW yang sudah dieksplorasi.
Daerah yang berpotensi
sebagai sumber panas bumi ditandai dengan adanya sumber air panas dan uap air. Air
panas dan uap air panas (geothermal fluids)
yang dihasilkan oleh suatu sumber geothermal dapat dimanfaatkan sebagai energi
alternatif, baik secara langsung (direct use)
maupun secara tidak langsung (nondirect use).
Pemanfaatan langsung berupa pemandian air panas, sterilisasi bibit tanaman,
pemanas ruangan, pasteurisasi serta pengeringan hasil pertanian/perkebunan.
Sedangkan non-directuse berupa
pemanfaatan untuk pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTG). Ketersediaan
fluida geothermal sangat bergantung pada daerah resapan (recharge
area) maupun daerah tangkapan air hujan (catchment
area), sehingga memperbesar aliran air di bawah permukaan. Aliran air
yang bersentuhan dengan sumber geothermal di bawah permukaan akan mengalami
pemanasan dan keluar ke permukaan dalam bentuk uap atau air panas.
Metode geofisika yang
secara luas banyak dilakukan dalam eksplorasi adalah metode seismik, magnetik,
gaya berat, listrik dan elektromagnetik. Metode geolistrik merupakan salah satu
metode eksplorasi geofisika yang dapat diterapkan untuk mempelajari
karakteristik suatu sistem geothermal. Penentuan lithologi lapisan batuan,
posisi reservoar, pola aliran serta sebaran fluida geothermal di bawah
permukaan bumi, merupakan syarat mutlak yang harus diketahui jika akan memanfaatkan
energi geothermal tersebut. Oleh karena itu studi ini dilakukan dengan
menerapkan metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger, supaya cara dalam
menentukan persebaran geothermal dapat diketahui.
Prinsip dasar metode
ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah
elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua buah elektroda
lainnya di permukaan bumi. Arus listrik yang di-injeksikan akan mengalir
melalui lapisan batuan di bawah permukaan, dan menghasilkan data beda potensial
yang harganya bergantung pada tahanan jenis (resistivity) dari
batuan yang dilaluinya. Fenomana inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui dan
menentukan jenis batuan termasuk fluida apa saja yang ada di bawah permukaan.
Pemanfaatan metode
geolistrik tahanan jenis telah banyak digunakan untuk pengamatan lapisan
geologi dangkal. Kemampuan metode geolistrik sangat ditunjang keadaan bawah
permukaan yang tersusun oleh lapisan-lapisan dengan tahanan jenis berbeda.
Adanya variasi tahanan jenis lapisan, dapat diamati dengan menginjeksikan arus
listrik ke dalam bumi dan mencatat tahanan jenis pada titik-titik pengamatan di
permukaan bumi. Dengan mengubah-ubah jarak elektroda sesuai dengan konfigurasi tertentu,
maka dapat diinterpretasi perubahan tahanan jenis secara vertikal dan
horizontal. Kemampuan metode geolistrik tahanan jenis dalam mendeteksi perlapisan
bawah permukaan telah dibuktikan. Salah satu keberhasilannya adalah mendeteksi
kedalaman lapisan konduktif menggunakan metode geolistrik yang dipadukan dengan
metode elektromagnetik dan memetakan zona intrusi air laut serta penyelidikan
daerah panas bumi dengan menggunakan geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger
di NAD. Beberapa hasil penelitian menggunakan metode geolistrik tersebut
menjadi rujukan penting dalam melakukan studi tentang cara menentukan pola penyebaran
geothermal.
Download Artikel lengkap disini...!!!
Dipresentasekan dalam Mata Kuliah Komprehensif di Ruang Seminar Jurusan Fisika FMIPA UNM.