Friday, December 18, 2009

Registrasi Data Image dari Google Earth ke Surfer 9

ARYADI NURFALAQ
FISIKA BUMI FMIPA UNM
Ini berawal ketika salah satu teman meminta bantuan ke saya untuk dibuatkan peta sebaran petir untuk daerah Makassar dengan menggunakan Surfer 9 (bagi teman – teman yang belum punya software surfer 9 silahkan datang ke Lab. Fisika Bumi FMIPA UNM) sebagai tugas akhirnya. Tentu saja itu tidak masalah bagi saya, tapi ternyata tak semudah yang saya bayangkan. Masalahnya terletak pada penregistrasian peta yang akan dijadikan peta dasarnya dan saya juga tidak memiliki peta administrasi Makassar yang akan di jadikan peta dasar. Akhirnya dengan dengan bantuan google earth saya mendapatkan peta Makassar dengan cara sebagai berikut.
1. Aktifkan google earth dan arah ke tempat yang dimaksud (Makassar). Pastikan bahwa komputer anda sudah tersambung ke internet.
2. Tentukan empat titik kontrol pada google earth dengan menggunakan add placemark. ( semakin banyak titik kontrol semakin baik).
3. Arahkan keempat titk kontrol tersebut pada target image. Keempat titik kontrol tersebut tersimpan pada side bar place dengan nama masing-masing T1, T2, T3, dan T4.
4. Lakukan penyimpanan image dengan mengklik file / save / save image
5. Simpan file tersebut pada folder direktori yang diinginkan dengan nama Makassar.jpg
Karena surfer 9 belum dilengkapi fasilitas untuk meregistrasi data raster (image), maka data tersebut terlebih dahulu diregistrasi. Registrasi data dapat dilakukan dengan menggunakan mapinfo, arcview, er mapper, global mapper dll. Dalam tulisan ini, software yang digunakan dalam meregistrasi data adalah global mapper 10. Caranya adalah sebagai berikut
1. Aktifkan global mapper 10 melalui start/ program / global mapper 10 atau klik langsung icon global mapper 10 pada desktop
2. Klik File / reactify (georeference) imagery. Kemudian muncul jendela

Pada kolom Export Format pilih JPEG kemudian “OK”.
3. Pada jendela open, cari file yang telah di save dari google earth tadi (Makassar.jpg) kemudian klik “OK”. Akan muncul tampilan sebagai berikut.
4. Pada kotak dialog yang baru muncul ini, tepatnya pada tampilan window citra yang paling kiri (entire image) atau yang tengah (zoomed view) pengguna dapat melakukan zoom in dan zoom out agar dapat mengamati unsur – unsur spasialnya untuk kemudian menempatkan titik kontrolnya.
5. Untuk menempatkan titik kontrol, kliklah (pada saat bentuk kursor menjadi cross hair) di suatu lokasi piksel di dalam tampilan window citra yang berada di tengah hingga Nampak bintik merah di dalamnya. Kemudian, ketikkan koordinatnya di dalam textbox “X/Easting/Lon” dan “Y/Northing/Lat. Tekan tombol “Add GPC to list”hingga muncul kotak dialog “Ground kontrol point name”.

6. Tekan tombol “OK”hingga nama dan koordinat GCP yang akan digunakan untuk rektifikasi citra dijitalnya.
7. Carilah lokasi yang pas untuk distribusi titik – titik GCP yang lain.
8. Tekan tombol “select Projection”hingga muncul kotak dialog “kontrol point projection”untuk menentukan system proyeksi petanya kemudian klik “OK”.

9. Tekan tombol “Apply”. Tekan tombol “OK”hingga citra dijital yang bersangkutan langsung dimunculkan di dalam window utama aplikasi. Sementara nama file citra hasil registrasinya merupakan nama file sumber plus “rectified”yang disertai dengan (*.JGW), sehingga muncul tampilan sebagai berikut


10. Kemudian klik file / export raster and elevation data / export JPG untuk menyimpan file hasil registrasi dalam format data raster (*.JPG)

Setelah proses registrasi data image selesai maka data image tersebut sudah siap untuk dijadikan sebagai peta dasar pada surfer 9, caranya adalah sebagai berikut.
1. Aktifkan program surfer 9 dengan cara mengklik iconnya atau dengan langkah : Start/ program / golden software surfer 9 / surfer 9 hingga muncul tampilan sebagai berikut

2. Sekarang kita ingin menjadikan data image yang telah diregistrasi tersebut menjadi peta dasar, dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: map / New / base map, kemudian muncul kotak dialog import. Kemudian cari file data image yang sudah diregistrasi tersebut kemudian tekan “OK” sehingga muncul tampilan

3. Ini kemudian dapat di-overlay-kan dengan data – data yang lain misalnya data sebaran petir kota Makassar.
Selamat Mencoba…………………………!!!!!!!!!

Friday, December 11, 2009

Model Anomali Magnetik Daerah Potensi Pasir Besi di Pantai Pabiringa, Kabupaten Jeneponto

ARYADI NURFALAQ

FISIKA FMIPA UNM

Logam besi merupakan bahan baku penting yang memasuki hampir seluruh industri selama berabad-abad hingga sekarang. Pada saat ini, besi dipakai sebagai bahan dasar untuk konstruksi beton bangunan, jembatan dan juga peralatan transportasi seperti kereta api, mobil, sepeda motor dan lain-lain. Selain sebagai bahan baku dalam industri baja, pasir besi juga dapat digunakan sebagai bahan campuran semen, bahan dasar tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan printer laser.

Metoda geofisika merupakan metoda yang cukup ampuh untuk memetakan sumber daya alam tersebut di bawah permukaan bumi. Beberapa metoda geofisika yang telah banyak digunakan untuk ekplorasi sumber daya alam misalnya, seismik, gayaberat, geolistrik dan magnetik. Dalam penelitian ini eksplorasi yang akan digunakan adalah eksplorasi magnetik (geomagnet). Metode geomagnet ini didasarkan pada pengukuran variasi medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi.

Data pengukuran dapat menginformasikan sifat fisis batuan dan geometri batuan bawah permukaan beserta posisi kedalamannya. Informasi itu hanya bisa kita dapat bila kita mengetahui hubungan antara sifat fisis tersebut dan data observasi, dan hubungan keduanya selalu berupa persamaan matematika (model matematika). Maka dengan berdasarkan model matematika itulah, kita dapat memperoleh informasi sifat fisis batuan bawah permukaan beserta posisi kedalamannya dari data observasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi anomali magnetik pada daerah potensi pasir besi di Pantai Tamarunang, Kab. Jeneponto dengan metode geomagnet dan untuk mendapatkan model penyebab anomali magnetik pada Daerah Potensi Pasir Besi di Pantai Tamarunang, Kab. Jeneponto.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah di Pantai Tamarunang, Kab. Jeneponto. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua set magnetometer jenis Alphalab magnetometer dan DC miligauss magnetometer. Di setiap titik pengukuran didapatkan nilai medan magnetik total.

Hasil pengukuran magnetometer berupa penjumlahan dari medan magnet bumi utama yang dibangkitkan oleh outer core dan dihilangkan dengan koreksi IGRF, variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen yang merupakan sasaran survey geomagnetik, dan variasi harian akibat aktivitas matahari yang dihilangkan dengan koreksi variasi harian. Persamaan yang digunakan adalah

T = Tobs TIGRF ± Tvh …(1)

dimana : Tobs = medan magnetik total yang terukur oleh magnetometer

TIGRF = medan magnet teoritis berdasarkan IGRF pada stasiun Tobs

Tvh = koreksi medan magnet akibat variasi harian

Peta medan magnetik total masih mencerminkan efek lokal yang sangat dangkal (residual) sampai pada efek regional. Dalam penginterpretasiannya masih sangat sulit dilakukan karena karakter data magnetik yang dipengaruhi oleh inklinasi dan dipol magnetik. Untuk itu dilakukan pemisahan medan residual dan medan regional dengan menggunakan persamaan

Penafsiran data anomali magnetik dilakukan secara kualitatif yaitu dengan menganalisa peta kontur anomali medan magnet total dengan hasil yang diperoleh berupa lokasi benda penyebab anomali magnetik berdasarkan klosur kontur. Penafsiran data juga dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan forward modelling yaitu dengan memcocokkan kurva anomali lapangan dengan kurva model yang dilakukan secara iteratif. Penafsiran data dilakukan dengan bantuan Surfer dan Mag2DC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 memperlihatkan peta kontur penyebaran anomali medan magnetik total. Gambar ini juga menunjukkan bahwa terdapat penyebab anomali magnetik yang mengontrol peta anomali magnetik total, yaitu dengan terbentuknya klosur – klosur positif dan negatif. Hal ini dikarenakan sumber anomali magnetik masih berbaur antara sumber anomali yang dangkal dan yang dalam. Untuk memisahkan medan anomali yang dangkal dan yang dalam dilakukan dengan pemisahan medan anomali regional dan medan anomali residual dengan menggunakan Surfer8.

Hasil pemisahan medan regional dan medan residual dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.

Nilai anomali magnetik total pada daerah penelitian yang telah diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan bervariasi, mulai dari -4031 nT sampai dengan 665 nT. Bervariasinya nilai anomali magnetik total tersebut disebabkan karena adanya ketidakseragaman material bawah permukaan pada daerah penelitian. . Gambar 4.8 memperlihatkan peta kontur penyebaran medan magnetik total. Gambar ini juga menunjukkan bahwa terdapat penyebab anomali magnetik yang mengontrol peta anomali magnetik total, yaitu dengan terbentuknya klosur – klosur positif dan negatif. Hal ini dikarenakan sumber anomali magnetik masih berbaur antara sumber anomali yang dangkal dan yang dalam.

Peta kontur medan residual pada daerah penelitian, memperlihatkan bahwa harga medan residual bervariasi antara -276 nT sampai 341 nT. Variasi nilai medan residual ini dibagi ke dalam anomali magnetik negatif (≤ 0 nT) dan anomali positif (> 0 nT). Anomali magnetik negatif ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang bersifat nonmagnetik (diamagnetik) seperti batuan sedimen (alluvium), batuan lapuk atau batuan yang terubahkan seperti lempung, lumpur, dan pasir kerikil yang memiliki suseptibilitas kecil. Anomali magnetik positif, diperkirakan berkaitan dengan batuan yang relatif bersifat sedikit magnetis (paramagnetik) yang berasal dari hasil rombakan batuan gunungapi berupa batuan beku yang telah mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi, seperti batuan breksi vulkanik yang telah mengalami proses mineralisasi sehingga mengandung mineral-mineral oksida besi seperti magnetit yang kemudian dengan media transportasi air terbawa kemudian terendapkan membentuk endapan pasir besi yang mengandung mineral – mineral seperti magnetit.



Model penyebab anomali magnetik pada profil A, B, C dan D yang dibuat dengan menggunakan Software Mag2dc, dimana parameter inputnya adalah inklinasi, deklinasi dan suseptibilitas. Pada daerah penelitian ini harga inklinasi dan deklinasi berturut – turut -28,57o dan 1,67o. Besarnya suseptibilitas yang diinput adalah 0,1 – 0,2 yang berada pada rentang 0,1 – 20,0 dimana ini merupakan suseptibilitas dari magnetit (tabel 1).

Hasil pemodelan memperlihatkan bahwa benda penyebab anomali magnetik pada keempat profil tersebut umumnya membentuk berupa lapisan – lapisan yang diperkirakan terdiri oleh material yang mengandung oksida besi seperti magnetit yang berasal dari rombakan batuan gunungapi yang terbawa oleh aliran sungai sampai pada muara sungai, kemudian oleh kinerja gelombang laut mineral – mineral yang mengandung besi terakumulasi sehingga terbentuk endapan yang terdiri dari mineral – mineral besi magnetit dan hematit pada kedalaman sekitar 1 m hingga 7 m dengan konsentrasi yang bervariasi. Ini terlihat dari harga suseptibilitas yang bervariasi dari 0,1 – 0,2.

Proses perombakan itu sendiri terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral magnetit, ilmenit, hematit, titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan interpretasi medan residual di daerah penelitian dapat diklasifikasikan :

· Anomali negatif (≤ 0 nT) ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang bersifat non magnetik (diamagnetik) seperti batuan sedimen, batuan lapuk (lempung, lumpur, dan pasir kerikil).

· Anomali positif (> 0 nT) yang tafsirkan berupa batuan yang relatif bersifat paramagnetik yang berasal dari hasil rombakan batuan gunungapi berupa batuan beku yang telah mengalami pelapukan seperti batuan breksi vulkanik yang telah mengalami proses mineralisasi sehingga mengandung mineral-mineral oksida besi seperti magnetit yang kemudian terbawa air dan terendapkan di sekitar pantai.

Berdasarkan model penyebab anomali magnetik di daerah penelitian, terdapat sumber anomali magnetik yang diperkirakan berupa batuan beku yang telah mengalami pelapukan dan mineralisasi berupa mineral logam besi dan paduan besi sehingga mengandung oksida – oksida besi (magnetit) yang terendapkan di sekitar pantai yang berbentuk lapisan – lapisan dengan konsentrasi yang bervariasi pada kedalaman sekitar 1 m hingga 7 m.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reza. 2008. Eksplorasi Bijih Besi (Iron Ore) Menggunakan Metode Magnetik. Pontianak : UNTAN

Anonim. 2007. Jenis Tanah (Online), (www.nunukan.go.id, November 2007)

Anonim. 2008. Jenis/Macam Tanah di Indonesia (Online), (www.organisasi.org, Februari 2008).

Anonim. 2009. Dari Mana Asal Medan Magnet Bumi (Online), (www.forumsaina.com, April 2009)

Arsyad, Muhammad. 2002. Pengetahuan Tentang Bumi. Makassar : UNM

Blakely, Richard J. 1995. Potential Theory in Gravity & Magnetic Application. Cambrigde : Cambrigde University Press

Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima. alih bahasa oleh Yuhilza Hanum dan Irwan Arifin. 2001. Jakarta : Erlangga

Herman. 2009. Pemetaan Potensi Pasir Besi Di Pantai Saro’ Kabupaten Takalar Dengan Metode Geomagnet. Skripsi FMIPA UNM. Makassar

Kartasaputra, Kusdinar. 2008. Metode Survei Geofisika (Online), (Karta Corp, 2008)

Lowrie, William. 2007. Fundamental of Geophysics second Edition. Cambrigde : Cambrigde University Press

Meju, A Max. 1994. Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inverse. Diterjemahkan oleh Supriyanto. 2007. Depok : Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

Milsom, John. 2003. Field Geophysics : The Geological Field Guide Series Third Edition. England : John Wiley & Sons Ltd

Moe’tamar. 2008. Eksplorasi Umum Pasir Besi di Daerah Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2008. Makassar : Pusat Sumber Daya Geologi

Nurhakim. 2006. Teknik Eksplorasi. Banjar Baru : Teknik Pertambangan FT UNLAM

Prahasta, Eddy. 2008. Model Permukaan Dijital. Bandung : Informatika

Refrizon. 2004. Interpretasi Data Magnetik Desa Sokoagung Kecamatan Begelen Purworejo Jawa Tengah dengan Metode Transformasi Reduksi ke Kutub Magnet Bumi. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. X, No. 2, Juli 2004 Hlm. 98-104. Bengkulu : UNIB

Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : ITB

Untung, M. 2003. The Core – Berjalan – Jalan ke Inti Bumi (Online), (www.iagi.net, April 2003).

www.jeneponto.go.id

Wednesday, December 9, 2009

Survey Potensi Air Tawar pada Aquifer Pantai Tammangalle, Kab. Balanipa Polman

ALFIAN NAWIR
FISIKA BUMI FMIPA UNM
Air sebagai salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Tak dapat disangkal bahwa demikian halnya, manusia hidup di atas muka bumi ini mencukupi segala kebutuhan hidupnya yang hampir seluruhnya tersedia di dalam tanah yang mengandung air. Di lihat dari jumlahnya, air tanah hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh air dibumi. Walaupun demikian, jumlah tersebut masih lebih banyak bila dibandingkan dengan air tawar permukaan yang berada di sungai atau danau.
Sekitar 70% permukaan bumi tertutup oleh perairan, Dimana perairan di permukaan bumi terdiri dari berbagai macam air, secara garis besar berupa air laut dan air tawar. Sekitar 98% air dipermukaan bumi merupakan air laut, dan 2% diantaranya berupa air tawar. Dari semua air tawar 87% diantaranya membentuk es yang membeku di kutub.
Air tanah mempunyai peran yang penting, karena selain mudah diperoleh juga kualitasnya jauh lebih baik, akan tetapi ketersediaannya kadang menjadi sesuatu yang relatif sulit di peroleh terutama saat terjadi musim kemarau yang sangat panjang. Dengan semakin menyusutnya daerah resapan air hujan, mengakibatkan recharge dan volume air tanah bertambah kecil. Ketidakseimbangan antara recharge dan eksploitasi, menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah secara cepat dan mengeringnya sumur-sumur. Tambahan pula keberadaan air tanah pun sangat sulit diharapkan untuk daerah-daerah yang dekat dengan pantai. Kenyataan tersebut membutuhkan upaya alternatif untuk mendapatkan sumber air bersih, diantaranya berasal dari lapisan akuifer air tanah.
Aquifer pantai mempunyai potensi air tanah cukup baik. Endapan aluvial pantai di Indonesia cukup besar mengingat garis pantai Indonesia yang cukup panjang.
Dari segi kuantitas, air tanah di daerah aquifer pantai dapat menjadi sumber air tanah yang baik terutama pada daerah pematang pantai/gosong pantai atau pada lensa-lensa batupasir lepas. Namun demikian, dari segi kualitas air tanah pada aquifer aluvial pantai tergolong buruk, ditandai dengan bau, warna kuning, keruh, tingginya kandungan garam, dan kandungan besi (Fe dan Mn) yang untuk daerah pantai rawa (pantai pasang surut).
Salah satu daerah yang memiliki potensi air tawar terdapat di Kabupaten Polewali Mandar, yaitu di Desa Tammangalle Kecamatan Balanipa. Dimana ditandai dengan adanya sebuah sumur yang airnya tawar dan digunakan penduduk setempat sebagai sumber air minum.
Namun, dikhawatirkan sumur tersebut tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar karena pada musim kemarau penduduk desa tetanggapun memanfaatkan sebagai sumber air minum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi air tawar di aquifer Pantai Tammangalle Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar.

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah di Pantai Tamangalle, Kab. Polman. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan satu set resistivitimeter dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Di setiap titik pengukuran didapatkan nilai resistivitas material bawah permukaan.
Hasil pengukuran resistivitimeter diolah dengan menggunakan persamaan
...(1)
Data hasil pengukuran di lokasi penelitian dengan aturan konfigurasi Wenner-Schlumberger, seperti terlihat pada lampiran A. Dimana akuisisi data dilakukan pada satu lokasi yang terdiri dari 3 lintasan dengan panjang lintasan masing-masing 105 meter. Data yang terukur di lapangan adalah besarnya beda potensial (V) antara M dan N, dan kuat arus (I) antara A dan B yang diinjeksikan ke dalam bumi. Pengukuran dari ke-tiga lintasan, menghasilkan masing-masing 100 data dari 100 datum point dan jarak setiap elektroda adalah 5 meter yang dikalikan dengan faktor n, yang mana n adalah 1 sampai 10.
Untuk mendapatkan hasil inversi 2D digunakan software Res2dinv.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil inversi 2D bawah permukaan dapat dilihat pada gambar 1, 2, dan 3.
Pada lintasan 1 yang berjarak 5 m dari air laut, materialnya tersusun atas pasir dan kerikil yang mengandung air asin - air dalam lapisan alluvial (air payau), lempung, pasir dan kerikil yang mengandung air tanah, konglomerat dan batu gamping. Di mana pada lintasan 1 ini lapisan aquifernya/potensi air tawarnya tersebar pada kedalaman (1,25 – 17,3) m dengan nilai resistivitas (13 – 55,4) Ωm dan terdapat banyak air payau pada kedalaman (1,25 – 13,4) m dengan nilai resistivitas 6,50 Ωm.
Pada lintasan 2 yang berjarak ±10 m dari lintasan 1, materialnya tersusun atas batu lumpur, air dalam lapisan alluvial, air tanah, pasir dan kerikil yang mengandung air tanah, dan batu pasir lempung. Lapisan aquifer/potensi air tawarnya diperoleh pada kedalaman (1,25 – 18,79) m dengan nilai resistivitas (32,7 – 46,6) Ωm.
Pada lintasan 3 yang berjarak ±15 m dari lintasan 3, materialnya tersusun atas batu lumpur, air dalam lapisan alluvial, air tanah, pasir dan kerikil yang mengandung air tanah, dan batu pasir lempung. Lapisan aquifer/potensi air tawarnya diperoleh pada kedalaman(1,25 – 21,5) m dengan nilai resistivitas (37,2 – 54,0) Ωm.
Dari hasil interpretasi di atas diperoleh pada lintasan 1 meskipun terdapat potensi air tawar tapi terdapat pula air payau, hal tersebut didukung dengan keadaan geologinya (material bawah permukaan) yang kebanyakan berupa pasir juga jarak dari air laut yang masih dekat yaitu ± 5m.
Berbeda pada lintasan 2 dan 3 yang sudah tidak terpengaruh oleh asin/laut, hal tersebut disebabkan karena pada lintasan 2 dan 3 materialnya berbeda dengan lintasan 1. Dari hasil interpretasi pada lintasan 2 dan 3 diketahui material bawah permukaan terdapat lempung yang diperkirakan bersifat aquiclude sehingga pengaruh intrusi air laut berkurang sama sekali. Juga jaraknya sudah agak jauh dari air laut ± 15m. Pada lintasan 2 dan 3 inilah diperoleh potensi air tawar yang cukup besar yang tersebar merata pada kedalaman (3,88 – 9,94) m. Hal tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan di mana terdapat sumur yang airnya tawar dengan kedalaman sekitar 4 m.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik di lokasi penelitian dan interpretasi data dengan Res2dinv, maka dapat disimpulkan bahwa potensi air tawar di Pantai Tammangalle Kabupaten Polewali Mandar cukup besar yang terdapat pada kedalaman (3,88 – 9,94) m, serta berjarak ±15 meter dari batas air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Geolistrik (Online), (http://www.bravo3x.com, diakses April 2009)

Bappeda Polewali Mandar. 2008. Polewali Mandar Dalam Angka. Polman.

Hendrayana, Heru. 2002. Intrusi Air Asin Ke Dalam Akuifer Di Daratan. UGM. Yogyakarta.

Muhammad Arsyad. 2002. Pengetahuan Tentang Bumi. State University Of Makassar Press, Makassar.

Muhammad Arsyad. 2005. Pengukuran Dalam Fisika Bumi. State University Of Makassar Press, Makassar.

Santoso, Agus. 2004. Penentuan Kedalaman Antara Metode Geolistrik (Schlumberger) Dengan Logging Dalam Interpretasi Keberadaan Air Bawah Tanah. UPN Veteran. Yogyakarta.

Seyhan, Ersin. Dasar-dasar Hidrology. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.

Syamsurijal Rasimeng, dkk. 2007. Penentuan Lithologi Batuan Bawah Permukaan Menggunakan Metode Resistivitas Sounding di Daerah Prospek Geothermal Gunung Rajabasa. Dalam John Hendri...[et al.]. Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (175-183). Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Telford, W.M.,L.P. 1990. Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press, USA.

Teti Zubaidah. 2008. Pemodelan Fisika Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Untuk Investigasi Keberadaan Air Tanah. Universitas Mataram. Mataram.